Legenda Catur Indonesia

Sunday, June 5, 2016

Legenda Catur Indonesia

1. Edhi Handoko

 

Edhi Handoko (lahir di Solo, Jawa Tengah, 28 Agustus 1960 – meninggal di Cibinong, 17 Februari 2009 pada umur 48 tahun) adalah Grandmaster catur keempat Indonesia.
Grand Master Edhi Handoko telah menorehkan prestasi baik nasional maupun internasional dan catatan prestasi terbaiknya dibuat saat meraih gelar Grand Master tahun 1994 dengan rating Elo 2.495. Ia meraih gelar Master Nasional pada tahun 1978, dilanjutkan Master FIDE dan Master Internasional pada tahun 1982. Handoko pernah empat kali menjadi juara nasional, yaitu pada tahun 1978, 1979, 1984 dan 1991. Ia juga merebut medali emas PON 1985 baik di perorangan maupun beregu dan merebut emas di nomor beregu pada PON 2004.
Di tingkat internasional ia delapan kali membela tim Indonesia sebagai pemain yakni tahun 1980, 1982, 1984, 1986, 1988, 1992, 1994, dan 2000. Ia menjabat sebagai kapten tim putri Indonesia tahun 1990 dan kapten tim putra tahun 2006 dan 2008. Selain itu di tingkat internasional ia juga merebut medali perak beregu SEA Games 2003 dan juara beregu Antarkota Asia tahun 1993 dan 1994.
Setelah mundur sebagai pemain karena alasan kesehatan, ia sempat menjadi pelatih pecatur-pecatur muda seperti GMW Irene Kharisma Sukandar dan juara dunia pelajar Farid Firmansyah.
 

2. Herman Ardiansyah

Herman Ardiansyah (lahir di Kota Banjarmasin, 5 Desember 1951; umur 60 tahun) adalah salah satu pemain catur terkemuka di Indonesia. Ia telah beberapa kali mewakili Indonesia dalam Olimpiade Catur. Pada 1986 ia menjadi Grandmaster.

3. Max Arie Wotulo

 

Max Arie Wotulo (lahir di Langowan, Sulawesi Utara, 5 Agustus 1932; umur 79 tahun) adalah seorang matematikawan dan pecatur Indonesia.
Max mulai mengenal permainan catur pada 1946. Saat itu, kakaknya, A.H. Wotulo, pulang berlibur dari sekolahnya di Bandung. Ia membawakan hadiah untuk Max sebuah papan catur dan bidaknya. Sejak itu ia mulai mempelajari permainan itu dengan bantuan kakaknya dan buku-buku catur.
Pada tahun 1959 ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Nasional, Jakarta, yang kemudian dilanjutkannya ke Institut Nuklir Boris Kidric pada tahun 1961-1962 melalui program bea siswa pemerintah Yugoslavia saat itu. Dari situ ia melanjutkan ke Universitas Beograd dan memperoleh gelar M.Sc. pada tahun 1964, lalu menyelesaikan program doktornya dalam ilmu matematika dari univeristas yang sama pada 1973. Disertasinya, dalam bahasa Yugoslavia, berjudul Osnovi i primena neregularnih spektara nove vrste. Atau dalam bahasa Inggris: "The Fundamental and Aplications of New Kind of Irregular Spectra."
 
Wotulo memegang gelar Master Internasional catur. Gelar ini diperolehnya dalam kejuaraan Zone X/ ASia Pasifik di Singapura pada 1970. Ia pernah mengikuti Olimpiade Catur mewakili Indonesia di Leipzig, Havana, Siegen, Skopje, dan Buenos Aires dari 1960 hingga 1978. Untuk itu Wotulo dianugerahi Sertifikat Emas FIDE, organisasi catur internasional.
Sebagai seorang pecatur terkemuka, Wotulo juga menjabat sebagai Wasit Internasional dan anggota Komisi Ahli FIDE. Pada Kongres FIDE di Thessaloniki 1984, bersama Dr. Yuri Averbach (tokoh catur Uni Soviet) dan Toran (Spanyol), Wotulo dikukuhkan sebagai anggota Komisi Juri, yang bertugas mengawasi kerja para juri internasional.
Kegiatan lain Wotulo adalah menjadi anggota Dewan Kurator ASMI, dosen tamu di Universitas Nanyang, Singapura dan Sekolah Tinggi Teologi Manado.
Dengan latar belakang pendidikannya sebagai pakar atom, Wotulo menjabat sebagai ahli reaktor atom Batan.
Selain catur, Wotulo juga menggemari permainan bridge dan sepak bola.
 

4. Irene Kharisma Sukandar 

 

Irene Kharisma Sukandar (lahir di Jakarta, 7 April 1992; umur 19 tahun) adalah seorang pecatur Indonesia pertama yang berhasil menyandang gelar Grand Master Internasional Wanita (GMIW) terhitung mulai Desember 2008.
1. Juara 3 Kelompok Umur (KU) 10 Kejuaraan Catur ASEAN 2002 di Singapura
2. Juara 4 KU 10 tahun Kejuaraan Catur ASEAN di Malaysia 2003
3. Dua medali perak pada SEA Games Vietnam 2003
4. Peringkat ke-9 Kejuaraan Dunia Junior di Yunani 2003
5. Medali perak Olimpiade Catur papan tiga di Spanyol 2003
6. Peringkat ke-14 Kejuaraan Dunia Junior di bawah 14 tahun di Pulau Kreta, Yunani 2004
7. Medali perak Kejuaraan Catur Asia di bawah 14 tahun di Singapura 2004
8. Imbang 3-3 dalam dwitarung melawan GMW Corke 2005. Corke adalah juara 1 Kejuaraan Catur Asia di bawah 14 tahun di Singapura
9. The Best Woman Player pada Malaysia Open 2008
10. Imbang 2-2 melawan IM Tania Sachdev dalam dwilomba JAPFA 2010
11. Juara 1 dalam Brunei Invitational IM Tournament 1 dan juara 2 dalam Brunei Invitational IM Tournament 2 di tahun 2010

5. Utut Adianto Wahyuwidayat

 

Utut Adianto Wahyuwidayat (lahir di Jakarta, Indonesia, 16 Maret 1965; umur 46 tahun) adalah seorang pecatur yang sering dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Ia adalah Grandmaster (GM) Indonesia berperingkat tertinggi di dunia saat ini.
Saat meraih gelar grand master, ia adalah pecatur Indonesia termuda yang berhasil mencapai prestasi ini, yaitu pada usia 21 tahun. Sejak saat itu, prestasi tersebut telah berhasil dilewati pecatur muda lainnya, Susanto Megaranto, yang menjadi GM pada usia 17 tahun. Utut sempat menjadi grand master super pada tahun 1995-1999, saat ELO ratingnya melebihi 2600.
Ia pernah masuk peringkat 100 besar dunia pada Juli 2001 dengan ELO rating 2598. Bersama dengan Machnan R. Kamaluddin, Ir. Eka Putra Wirya dan Kristianus Liem, ia mendirikan Sekolah Catur Utut Adianto pada 1 Juli 1993, yang telah melahirkan beberapa pecatur nasional.
Dari pernikahannya dengan Dr. Tri Hatmanti, ia mempunyai seorang anak bernama Mekar Melati Mewangi