Legenda Binaraga Indonesia
Arti kepahlawanan tidaklah selamanya diartikan dengan mengangkat senjata serta menumpas segala bentuk kolonial penjajah demi mempertahankan keharuman bangsa. Di zaman sekarang arti kepahlawanan lebih menarik jika dituahkan melalui ajang prestasi yang mengatasnamakan suatu negara, salah satunya dengan persaingan olahraga. Begitu hal nya dengan binaraga, citra binaraga terdahulu tak kalah menariknya dengan semangat para pejuang kemerdekaan. Tujuannya sama, membela serta mengharumkan tanah air ini di mata dunia.Bertemakan pahlawan, maka suguhan main artikel kali ini Reps akan menyajikan ringkasan tujuh pahlawan binaraga Indonesia dari tahun terdahulu hingga sekarang. Berikut nama-nama ke tujuh pahlawan binaraga versi Reps:.
1. Levi rumbewas
Legenda membuktikan bahwa tanah papua bukanlah peradaban bangsa Indonesia yang terbelakang. Melalui prestasinya diajang binaraga, Papua banyak dikenal masyarakat dunia serta menjadi kebanggaan bagi bangsa sendiri. Siapa tak kenal dengan Levi Rumbewas atlet senior kelahiran kota Papua yang telah mengharumkan bangsa ini di kancah binaraga internasional. Namanya yang selalu dielu-elukan di masa kejayaan tahun 80-an, Levi meyakinkan Indonesia bahwa dirinya merupakan binaragawan terbaik dan berprestasi pada kelas 70kg dengan perolehan medali emas pada Asean Games tahun 1987 dan 1989.
Ibarat buah jatuh tak jauh dari pohonnya, bakat olahraga beban yang dimiliki pria berkulit hitam ini telah menurun kepada sang putri kesayangan Raema Lisa Rumbewas (kini telah menjadi atlet angkat besi) begitupula dengan istri tercinta Ida Korwa. Sehingga keluarga mereka pun disebut-sebut sebagai perintis olahraga angkat beban dan binaraga di kota mutiara hitam.
2. Zarmi Bakhtiar
Bila dunia mengenal atlet binaraga legendaris seperti Arnold, Shawn Ray, Lee Haney, dan Dorian Yates, maka Indonesia pun tak mau kalah ketinggalan dengan bodybuilder dunia lainnya. Mengharumkan bangsa melalui ajang pertandingan binaraga merupakan cara tersendiri bagi pahlawan binaraga yang satu ini. Zarmi Bachtiar, begitulah nama lengkap dari atlet kelahiran Bukit tinggi 27 September 1945.
Mengemas lekuk tubuh menjadi berotot pada kelas 65kg, berikut keikutsertaanya pada kompetisi binaraga nasional di mulainya pada tahun 1970. Pria yang telah menyalakan api PON XVIII di Riau tahun lalu ini, hanya membutuh 3 tahun lamanya untuk mendapatkan medali perak pada PON VIII di tahun 1973. Prestasinya yang terus cemerlang dan gemilang membawa Zarmi kepada pentas bergengsi bertaraf dunia. Citranya sebagai binaragawan sangatlah popular, setelah ia berhasil menyabet medali perunggu di SEA Games tahun 1981 di manila, medali perak di Sea Games tahun 1987, dan medali emas di tingkat ASEAN mulai tahun 1983, 1984, dan 1985.
3. Asrelawandi
Mempertahankan debut prestasinya berskala dunia, Atlet kebanggaan Riau Asrelawandi juga patut menjadi panutan sepanjang sejarah binaragawan terbaik Indonesia. Meskipun usianya tergolong senior, namun tekadnya tak luput dari eksistensi semangat pemuda yang militan. Tak ada lawan tangguh yang dapat menyainginya selama berkompetisi diatas panggung, bahkan beberapa negara Asia pun turut mengakui akan kehebatan pria kelahiran kepulauan Riau ini.
Dikenal sebagai spesialis binaraga kelas 60kg, Asrelawandi yang bergelut di binaraga sejak tahun 1983, senantiasa menoreh prestasi dengan peraihan medali emas diperhelatan olahraga ter-akbar bertaraf dunia maupun Asia, dan telah mengumpulkan 6 medali emas selama PON. Asril hingga kini masih membuktikan taringnya pada masyarakat di ajang kejuaraan bergengsi nasional bahkan internasional sekalipun.
4. Wempi Wungau
Disaat kejayaanya dahulu, Indonesia memiliki citra binaragawan lainnya yang mengharumkan negeri ini. Sebut saja Wempi Wungau yang telah memboyong pulang beberapa medali emas pada Sea Games tahun 1989 hingga tahun 1997. Meskipun prestasi puncaknya di Asean Games 2002 di Busan, Korea Selatan hanya membuahkan medali perak, namun Indonesia tetaplah bangga dan patut kagum atas apresiasi yang dikerahkan Wempi demi mempertahankan prestasi binaraga Indonesia.
Namun setelah masa kejayaannya redup oleh faktor usia. Kesenjangan nasib binaragawan tanah air ini tak berujung indah. Pundi-pundi materi yang menjanjikan pasca kejuaraan pun tak sepadan dengan kenyataan pahit yang didapatkannya setelah masa kejayaan berakhir. Janji-janji manis yang terlontarkan pemerintah hanyalah menjadi isapan jempol belaka. Wempi yang usianya genap 50 tahun, kini hanya bekerja sebagai petugas keamanan, sehingga menggoyahkan hati Yayasan Olahraga Indonesia (YOI) untuk memberikannya santunan hari tua. “Muda ku menjadi dambaan, tua ku selalu dikebelakangkan” begitulah kenyataan ironis yang terjadi pada atlet sekarang.
5. Ade Rai
aderaiMengawali karirnya sebagai atlet pebulu tangkis sejak usia 8 sampai 17 tahun, pemilik nama lengkap I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai bukanlah terlahir sebagai seorang bocah berawakan tubuh yang gemuk ataupun proporsional. Keinginannya membentuk tubuh supaya nampak ideal dan atletis, membuat Rai harus memberhentikan bulutangkis dan mulai menghirup atmosfer barunya pada weight training. Setelah lama bergelut dengan besi, Rai mengalami perubahan struktur tubuh yang amat drastis dan fantastis. Atas kemajuan inilah Rai tidak menyia-nyiakan potensi keindahan lekuk tubuhnya dalam berkecimpung di kejuaraan otot.
Tahun 1992 merupakan tahun dimana ia mulai mengawali prestasinya sebagai binaragawan. Banyak berkenalan dengan para atlet binaraga senior seperti Sukardi semasa kuliahnya di Bandung, membuat Rai banyak memperoleh wejangan yang memantapkan dirinya pada binaraga. Hingga pada masa kejayaannya, Rai yang dikenal dengan ciri khas rambut terkuncir telah mengantongi segudang prestasi sejak tahun 1994, mulai bertaraf lokal, nasional seperti PON, hingga bahkan internasional sekalipun. Adapun apresiasi kejuaraan yang pernah ditaklukinya antara lain medali emas SEA Games 1997, juara 1 IFBB Indonesian National Championship , ABBF/IBBF Mr.Asia 1995&1998, Mr. ASEAN 1995, juara 1 Muscle Mania World 1996&2000, overall winner Superbody World Profesional tahun 2000.
Alunan nama Ade Rai pun mulai mencuat sedikit demi sedikit ke berbagai kalangan masyarakat umum, berkat kerja kerasnya mengenalkan binaraga dengan pola hidup sehat melalui media televisi maupun media iklan. Sehingga banyak orang yang menasbihkannya sebagai pioneer binaragawan maupun inspirator fitness di Inonesia.
6. Syafrizaldi
Atlet Binaraga berikutnya tentu Anda tidak akan asing dengan keelokan serta kesimetrisan struktur otot yang menghiasi binaragawan kelahiran kota Medan ini. Syafrizaldi atau akrab disapa bang Rizal dulunya bukanlah siapa-siapa. Mengawali kehidupannya hanya sebagai pedagang teh botol di Senayan, bang Rizal mulai mengenal banyak seputar olahraga tinju. Namun sayang seribu sayang, keinginan menjadi petinju pun ditolak matang-matang oleh Ibundanya. Sehingga keinginannya tersebut malah justru bergeser menjadi seorang binaragawan.
Pria yang mengartikan binaraga sebagai seniman otot ini, memang sangat popular dengan julukan “raja kelas 75kg”. Menoreh pentas kejuaraan di ranah nasional, Asia, hingga dunia sudah ditaklukannya mulai dari ajang PON, SEA Games, WBPF. Atlet yang mewakili provinsi Jawa Timur ini menyatakan pindah kelas ke 80kg pada kompetisi Asia Body Building & Physique Championship di Ho Chi Minh Vietnam september lalu, dimana ia hanya ditempatkan pada posisi 4. Di usianya yang hampir menginjak masa keemasan, Rizal tetap haus akan juara. Ia tidak menjadikan umurnya sebagai batasan prestasi, justru dengan terjunnya Rizal menjadikan contoh bagi binaragawan junior lainnya, bahwa usai bukanlah suatu faktor penghambat prestasi.
7. Komang Arnawa
Terlahir di suatu desa kecil tepatnya di kota Bali, anak dari pemuka agama yang penuh dengan kesederhanaan ini tentu tidak akan mengira jika prestasi anaknya tersebut akan membanggakan bangsa. Dedikasi yang tinggi seputar otot serta gairah yang tak dapat terbendungi untuk menjadi binaraga terbaik, terwujud dengan sendirinya setelah ia menaklukan beberapa pentas kejuaraan berskala nasional maupun internasional.
Walaupun Komang tidak berkompetisi di bawah naungan induk organisasi PABBSI, namun tetaplah orientasi prestasi harus di apresiasikan kepadanya. Tercatat pada bulan oktober tahun 2002, Pria yang dijuluki oleh dunia “The Gentle Giant from Bali”mulai merajai kompetisi binaraga tanah air di kelas invitational. Kedekatan emosional yang kuat dengan Australia kembali membuka peluang baiknya untuk melangkah “Go International”. Sehingga di oktober 2003 ia berhasil menduduki peringkat pertamanya diajang kejuaraan dunia IFBB Western Australia Bodybuilding Champhionship. Yang patut disalutkan lagi dari seorang Komang Arnawa adalah prestasi dunia yang berturut-turut didapatkannya seperti menggondol pulang mahkota Mr. Natural Olympia di tahun 2005.
Dari ke tujuh pahlawan binaraga yang dipaparkan tadi, merupakan suntikan semangat yang menginspirasi kita untuk berprestasi lebih baik lagi dari apa yang mereka capai pada masa lalu. Dan tentunya pesan moral yang disampaikan pada artikel ini mengajarkan kita bahwa atlet olahraga merupakan pejuang bangsa sepanjang hayat yang patut kita hargai. Kendati mereka berjuang di masa mudanya, lantas tidak membuat mereka terabaikan di saat kejayaan tersebut termakan oleh usia.
Panggilan jiwa yang mengantarkan mereka pada masa kejayaan menjadikan wajah bangsa ini harum di mata dunia. Terlebih lagi, masyarakat Indonesia mulai rindu akan prestasi gemilang yang membanggakan negara. Semoga dengan ini semua dapat bermanfaat dan berguna bagi para regenerasi atlet binaraga berikutnya.